LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH :
FITER ANDREAS N
FRESBY JUNIANTO S
HASWANDI ARIF
MUHAMMAD KHAIDIR
NOVIYANTI
AGROTEKNOLOGI-B
ASISTEN :
MUKHIBATUL KHASANAH
DIMAS PRAMUJA
MUKHIBATUL KHASANAH
DIMAS PRAMUJA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
Praktikum yg telah kami
lakukan pada minggu lalu ialah pengamatan alat reproduksi pada tanaman kelapa
sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) dan alat reproduksi papaya ( Carica papaya L) .
praktikum ini dilaksanakan dilahan UPT pada hari selasa, 19 November 2015 pukul
06:30 WIB
A.
REPRODUKSI
KELAPA SAWIT
Kelapa sawit adalah
tanaman yang tergolong monoecius,yaitu tanaman yang bunga jantan dan bunga
betinanya terpisah,tetapi masih dalam satu pohon. Bunga kelapa sawit termasuk
kedalam bunga lengkap walapun bunga jantan dan bunga betinanya tidak satu rumah
atau terpisah. Anonim, 1997.
Kami mengamati
bahwa pada setiap ketiak pelepah daun kelapa sawit akan keluar satu tandan
bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina. Dimana bunga jantan akan melakukan
penyerbukan terhadap bunga betina. Menurut teori Lamadji,(1999) Sebahagian tandan bunga ini akan gugur
(aborsi), baik sebelum maupun sesudah anthesis/receptive. Bunga jantan memiliki
ciri-ciri berbentuk ramping (lonjong) memanjang, ujung kelopak bunga agak
meruncing dan diameter bunga lebih kecil dari bunga betina sedangkan bunga betina memiliki ciri agak
bundar (oval), ujung kelopak bunga agak rata dan diameter bunga lebih besar,
setelah terjadi penyerbukan pada bunga betina akan terjadi pembuahan yang
berbentuk embriyo. Perbedaan bentuk ini dapat diketahui dalam melakukan
penyerbukan buatan.Dibawah ini dapat dilihat gambar perbedaan dari bunga jantan dan bunga
betina :
Pada tanaman kelapa sawit khusus nya pada tanaman
muda dapat sering kita jumpai ketidak normalan seperti :
·
Bunga hermaprodit, yaitu tandan bunga
memiliki 2 jenis kelamin
·
Bunga andromorphic (andogynous) yaitu
secara morphologi adalah bunga jantan, tetapi pada bagian spikeletnya dijumpai
bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil
·
Buah parthenocarpi yaitu kepala putik
(stigma) yang tidak sempurna dibuahinya, sehingga terbentuk buah yang kecil dan
tidak berbiji (embryo)
·
Primordial bunga, yaitu berubahnya sel
vegetatif menjadi sel generatif terjadi pada 33 bulan sebelum bunga matang
(siap membuahi/dibuahi)
(Dahlan M,
1992)
B.
REPRODUKSI PEPAYA
Tanaman pepaya
dapat diperbanyak dengan menggunkan benih, adapun cara lain yaitu dengan kultur
jaringan. Berdasarkan kelamin bunga tanaman pepaya memiliki tiga jenis kelamin
yaitu : tanaman jantan, tanaman betina, dan tanaman hermaprodit ( sempurnan) (Tjitroseopomo,
2007).
a. Tanaman jantan
Tanaman juga
dikenal dengan sebutan pepaya gantung. Tanamn ini hanya menghasilkan bunga
jantan saja.
b. Tanaman betina
Pada tanaman
ini menghasilkan bunga betina, tanpa adanya serbuk sari dari tanaman lain. Pada
tanaman dingin tidak menghasilkan biji
tetapi dihasilkan berbentuk bulat dan berdaging agak tipis.
c. Tanaman sempurna
Tanaman ini
menghasilkan dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan bunga hermaprodit. Bentuk bunnga
tidak stabil akibat pengaruh genetic dan peka terhadap lingkungan.
Pada tanaman pepaya yang kami amati merupakan tanaman yang menyerbuk silang, dimana penyerbuk silang adalah menempelnya serbuk sari dari suatu bunga pada kepala putik yang berada pada tanaman lain yang sejenis.
a.
Diklin,
adalah tanaman yang bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah
b.
Dichogami,
adalah suatu kondisi ketika waktu masak antara tepung sari dengan putik tidak
sama.
c.
Heterostyle,
adalah panjang pendeknya tangai kepala putik dan tangkai benang sari tidak
sama.
d.
Herkogami,
adalah kondisi dimana kedudukan kepala putik dan benang sari sedemikian rupa
sehingga mencegah terjadinya penyerbukan.
e.
Self-sterility,
adalah tidak terjadinya penyerbukan kareana bunga jantan tidak berfungsi (bunga
jantan mandul).
f.
Incompability,
adalah sudah terjadi penyerbukan didalam bunga tetapi tidak berlanjut kepada
pembuahan dikarenakan faktor fisiologi (mangoendidjojo, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan
Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan
nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa
Timur. p. 28-32.
Anonim. 1997. Studi Tentang Perkebunan dan Pemasukan Minyak
Kelapa Sawit Indonesia. International Contect Bussines System, Jakarta.
Dahlan M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah
lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian
tanaman pangan, 1992)
Kerala
using RAPD markers. Genetic Engineering and Biotechnology Journal. Volume:
GEBJ-24.
Mangoendidjojo, W. 2007. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. 268 hlm.