Minggu, 20 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN
PERSILANGAN TERUNG


Oleh:

Fiter Andreas N
Fresby Junianto S
Haswandi Arif
Muhammad Khaidir
Noviyanti



  

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015









PERSILANGAN TERUNG


Terung (Solanum melongena, di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai terong) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikansayur-sayuran. Asalnya adalah dari India dan Sri Lanka. Terung berkerabat dekat dengan kentang dan leunca, dan agak jauh daritomat.
Terung ialah terna yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci) lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.
Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri memiliki banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung nikotin, sejenis alkaloid yang banyak dikandung tembakau.




Kerajaan:
Kelas:
Upakelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. melongena
Solanum melongena

















Morfologi Bunga Terung

·         Bentuknya seperti bintang
·         Warna bunganya antara putih hingga ungu
·         Mahkota yang memiliki lima lobus
·         Benang sarinya berwarna kuning
·         Bunga tidak mekar secara serempak (Protandri, yaitu peristiwa serbuk sari yang matang lebih   dulu dari pada putik. Protagini, yaitu peristiwa putik yang matang lebih dulu daripada serbuk sari)
·         Penyerbukan bunga terung dapat terjadi secara silang ataupun menyerbuk sendiri


    Teknik persilangan (Hibridisasi buatan) Terung
    1.      Persiapan
    Proses ini meliputi :
    ·         Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan saat melakukan persilangan terung
    ·         Mengetahui morfologi terung dan reproduksi terung
    ·         Pemilihan tetua betina dan tetua jantan yang ingin disilangkan

    2.      Kastrasi
    Proses ini meliputi :
    ·         Pembersihan/ pembuangan bagian tanaman yang ada disekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai, organ tanaman lain yang menggangu persilangan, serta pembuangan mahkota dan kelopak cabai

    3.      Emaskulasi
    Yaitu kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina yang akan disilangkan. Metode emaskulasi yang digunaan pada praktikum persilangan terung ini adalah Metode Kliping atau Pinset

    4.      Pengumpulan serbuk sari
    Yaitu kegiatan mengambil serbuk sari dari tetua jantan yang telah dipilih sebelumnya. Pada praktikum ini alat yang digunkan untuk mengambil serbuk sari adalah pinset.

    5.      Penyerbukan
    Yaitu meletakkan serbuk sari yan telah diambil dari tetua jantan kekepala putik tetua betina.

    6.      Isolasi
    Isolasi adalah kegiatan menutup bunga tetua betina yang telah dilakukan persilangan dengan menggunakan solatip atau sejenisnya, dengn tujuan gr serbuk sari dari tanaman yang lain tidak menempel pada putik tetua betina yang disilangkan.

    7.      Pelabelan

    Rabu, 16 Desember 2015

    LAPORAN PRAKTIKUM
    PEMULIAAN TANAMAN
    “Pengolahan Lahan”


    Oleh:

    Fiter Andreas N
    Fresby Junianto S
    Haswandi Arif
    Muhammad Khaidir
    Noviyanti



      

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
    JURUSAN AGROTEKNOLOGI
    FAKULTAS PERTANIAN
    UNIVERSITAS RIAU
    PEKANBARU
    2015



    PENYERBUKAN SILANG

    Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksugkan untuk memperluas keragaman ( Nasir,2001).
    ·         Tujuan utama melakukan persilangan adalah:
    (1) Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru;
    (2) Memperluas keragaman genetik;
    (3). Memanfaatkan vigor hibrida; atau
    (4) Menguji potensi tetua (uji turunan).

              Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas.

              Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan ( Syukur,2009).
    ·         Alat yang digunakan dalam penyerbukan silang ialah :
    1.      Plastik              : Untuk membungkus bunga jantan.
    2.      Kertas minyak : Untuk membungkus bunga betina.
    3.      Gunting            : Untuk memotong bunga jantan.
    4.      Selotip             : Untuk mengisolasi kertas minyak/ kertas sungkup.
    5.      Cotton bud       : Untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina.
    6.      Karet/ tali         : Untuk mengikat plastic pembungkus bunga jantan.


     TAHAPAN PENYERBUKAN SILANG
    1. Emaskulasi
    Emaskulasi adalah  kegiatan  membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil.

    2.      Kastrasi
     Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.

    3.      Isolasi
    Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan.

    4.      Pengumpulan serbuksari
    Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.

    5.      Penyerbukan
     Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.

    6.      Pemberian label
    Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang:
    (1) Nomor yang berhubungan dengan lapangan,
    (2) Waktu emaskulasi,
    (3) waktu penyerbukan,
    (4) Nama tetua jantan dan betina,
    (5) Kode pemulia/penyilang.

    7.      Pengecekan hasil persilangan
    Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan buatan.



    PENGAMATAN TINGGI TANAMAN KEDELAI

    Pada praktikum minggu lalu dilakukan pengamatan pada tinggi tanaman dan jumlah daun  pada tanaman kedelai. Dimana didapat dilihat hasil dari pengukuran seperti tabel di bawah ini :
    Sampel
    Tinggi Tanaman
    Jumlah Daun
    I
    7.5 cm
    4 helai
    II
    7.5 cm
    4 helai
    III
    10 cm
    4 helai
    IV
    6.5 cm
    4 helai
    V
    7 cm
    4 helai
    Tabel diatas merupakan pengamatan pada minggu pertama dimana jumlah daun yang di dapat pada masing-masing sampel berjumlah 4 helai. Sampel diambil dengan cara acak.



    DAFTAR PUSTAKA

    Nasir , M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
    Syukur , M. S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. Bogor. Hal 284.


    Rabu, 09 Desember 2015

    LAPORAN 3 (PENANAMAN KEDELAI)


    LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

    (  PENANAMAN KEDELAI  )



    OLEH 
    KELOMPOK 5

    Fiter Andreas N
    Fresby Junianto S
    Haswandi Arif
    Muhammad Khaidir
    Noviyanti




    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
    JURUSAN AGROTEKNOLOGI
    FAKULTAS PERTANIAN
    UNIVERSITAS RIAU
    2 0 1 5


                                   I.            Waktu dan tempat  :Kamis, 3 Desember 2015, kebun percobaan fakultas pertanian                                        universitas riau.
                                II.            Judul / kegiatan      : penanaman
                             III.            Tujuan                    : Praktikan dapat mempelajari cara menanam berbagai jenis                                              tanaman serta Praktikan dapat mengamati pengaruh beberapa                                          macam perlakuan yang dicoba terhadap masing-masing tanaman.

                             IV.            Bahan dan alat       : cangkol,ajir, bibit, air,furadan.

    PEMBAHASAN




    Budiaya taanaman kedelai(Glycine max (L.) Merill. )
    Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut : 
    Divisio  : Spermatophyta
    Classis : Dicotyledoneae
    Ordo  : Rosales
    Familia : Papilionaceae
    Genus  : Glycine
    Species : Glycine max (L.) Merill

    1.      Varietas kedelai
    Varietas kedelai yang digunakan dalam praktikum yaitu
    a.       Wilis ( Varietas yang kami gunakan)
    b.      Grobogan
    Produksi tinggi              :     antara 2 ton sampai 3,5 ton/ ha
    Umur pendek                 :     75 – 79 hari
    Umur bunga                   :     28 – 32 hari
    Bobot biji                       :     16 – 20 gram/ 100 biji
    Kandungan protein        :     43,9 %
    Kandungan lemak         :     18,4%
    Tipe pertumbuhan         :     Determinate
    Sifat lain                        :     Polong masak tidak mudah pecah, saat panen daun luruh/
    rontok

    c.       Anjasmoro

    d.      Kaba
    Dilepas  tahun  :  22  Oktober  2001
    SK. Mentan  :   No.  532/Kpts/TP.240/10/2001
    Nomor  induk  :  MSC 9524-IV-C-7
    Asal  :  Silang  ganda  16  tetua
    Hasil rata-rata :   2,13  t/ha 
    Warna  hipokotil  :  Ungu 
    Warna  epikotil  :  Hijau 
    Warna  kotiledon  :  Kuning
     Warna  bulu  :  Coklat 
    Warna  bunga  :  Ungu 
    Warna  kulit biji :  Kuning 
    Warna  polong  masak  :  Coklat
    Warna  hilum  :  Coklat 
    Bentuk  biji :  Lonjong
    Tipe  tumbuh  :    Determinit 
    Umur  berbunga :  35 hari 
    Umur  saat  panen  :  85 hari 
    Tinggi  tanaman :   64  cm 
    Bobot  100  biji :  10,37  g 
    Ukuran biji :  Sedang
    Kandungan   protein  :  44,0%
    Kandungan  lemak :    8,0% 
    Kerebahan  :  Tahan  rebah
    Ketahanan thd penyakit :  Agak tahan   karat  daun
    Sifat-sifat  lain  :  Polong  tidak  mudah  pecah 
    Wilayah adaptasi :   Lahan  sawah
    Pemulia  :  M. Muchlish  Adie,  Soegito,  Darman MA.,  dan  Arifin

    e.       Agromulyo


    2.      Syarat tumbuh kedelaI 
                 Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk             mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis      tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan                      ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan              tumbuh yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m.

    b.      Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam.
    -          Suhu
    Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.



    -          Panjang hari (photoperiode)
    Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek. Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.

    -          Curah hujan
    Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam.

    3.      Teknis penanaman
             Penanaman merupakan salah satu langkah dalam budidaya tanaman. Penanaman sangat berpengaruh pada hasil produksi. Kesalahan dalam penanaman dapat menurunkan jumlah produksi,melainkan juga dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh atau mati sebelum menghasilkan. Untuk meningkatkan hasil produksi, tata cara penanaman harus diperhatikan. Cara penanaman benih tanaman berbeda. Tanaman yang sukar dipindahkan dapat ditanam dengan disebar langsung. Misalnya saja jagung manis,kacang panjang, kangkung, buncis, wortel, kedelai dan ketimun. Selain itu, benih juga dapat ditanam ditempat yang mudah dipindahkan. Waktu tanam, persiapan tanah dan bibit juga sangat mempengaruhi produksi dari tanaman.
    Cara menanam ;

    1.      Persiapan bedengan.
    Sebelum memeulai penanaman, terlebih dahulu dilakukan pembrsihan bedengan dari gulma-gulma atau tanaman penggangu, pembersihan ini dilakukan agar nantinya setelah tanaman utama tumbuh,tanaman dapat tumbuh dengan optimal menyerap unsur hara yang ada. Setelah pembersihan gulma selanjutnya perataan bedengan, dimana perataan ini bertujan agar nantinya pertumbuhan tanaman dapat tumbuh dengan ketinggian yang merata serta pengoptimalan intensitas cahaya matahari.

    2.      Pengukuran jarak tanam.

    Untuk memperoleh hasil panen yang maksimal diperlukan jarak tanam yang ideal dimana dengan jarak tersebut helaian daun antar tanaman tidak bersentuhan.jarak tanam berfungsi untuk mengoptimalakan pencahayaan terhadap tanaman. Jarak tanam untuk tanaman kedelai ialah 20x20 cm. Selanjutnya pembuatan ajir untuk mempermudah penanaman.

    3.      Pembuatan lubang.
    Lubang tanam sangat berpengaruh terhadap daya tumbuh kecambah. Lubang yang terlalu dalam dapat membuat tunas perkecambahan sulit untuk muncul di permukaan tanah sehingga dapat menyebabkan bibit mati. Untuk lubang tanam sebaiknya dilakukan dengan kedalaman kurang lebih 2 cm. Setiap lubang diisi sebanyak dua biji kedelai.

    4.      Pemberian furadan

                  Furadan  adalah  contoh  insektisida berbahan aktif karbofuran. Karbofuran merupakan bahan aktif insektisida yang aplikasinya umumnya dilakukan ditaburkan kedalam tanah. Insektisida ini ini biasanya mempunyai formulasi Granule (G). Bahan dasar insektisida ini adalah pasir yang kemudian dicampur dengan bahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 3 gr/ 1 kg pasir.

    Setiap lubang tanam diberikan furudan secupnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari biji kedelai dari serangga atau opt lainya. Pemberian  furadan  bertujuan sebagai pelindung benih dari gangguan insektisida dan nematisida tanah.

    5.      Penanaman.
    Penanaman harus dilakukan secara hati-hati, sebab jika kurang hati-hati dapat menyebabkan rusaknya biji yang akan dijadikan sebagai bibit. Kekurang  hatian dalam penanaman bibit dapat menyebabkan kulit terluar biji terkelupas atau pecah sehingga tingkat daya tumbuh tanaman menjadi berkurang.

    6.      Penyiraman.

    Setelah dilakukan penanaman, biji yang sudah ditanam tadi sebaiknya di siram. Penyiraman bertujuan untuk menjaga kelembapan tanah serta mengurangi penguapan terhadap biji. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan biji tidak tumbuh, hal ini dikarenakan asupan hara terhadap biji berkurang dan menyebabkan biji juga ikut kering dan sulit untuk berkecambah.