LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN
“Pengolahan Lahan”
Oleh:
Fiter Andreas N
Fresby Junianto S
Haswandi Arif
Muhammad Khaidir
Muhammad Khaidir
Noviyanti
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
PENYERBUKAN SILANG
Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara
tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri
hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan
pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai
dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman
menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua
atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.
Selain itu, hibridisasi juga dimaksugkan untuk memperluas keragaman ( Nasir,2001).
·
Tujuan utama melakukan persilangan adalah:
(1)
Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru;
(2)
Memperluas keragaman genetik;
(3).
Memanfaatkan vigor hibrida; atau
(4)
Menguji potensi tetua (uji turunan).
Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan
bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama
dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan.
Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman
genetik yang luas.
Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri
biasanya merupakan hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan.
Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus
diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan
sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca).
Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan
buatan sebaiknya dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi
belum mati dan putik siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak
ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan ( Syukur,2009).
·
Alat yang digunakan
dalam penyerbukan silang ialah :
1.
Plastik : Untuk membungkus
bunga jantan.
2.
Kertas minyak : Untuk
membungkus bunga betina.
3.
Gunting : Untuk memotong
bunga jantan.
4.
Selotip : Untuk mengisolasi
kertas minyak/ kertas sungkup.
5.
Cotton bud : Untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari
pada bunga betina.
6.
Karet/ tali : Untuk mengikat
plastic pembungkus bunga jantan.
TAHAPAN PENYERBUKAN SILANG
1. Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan
(stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi
penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu
yang hermaprodit dan fertil.
2.
Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada
di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup
bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan
persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi.
Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.
3.
Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak
terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun
betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan
air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan
ukuran bunga tanaman yang bersangkutan.
4.
Pengumpulan serbuksari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai
beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua
betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari
tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga
itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga
itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore
hari setelah matahari terbenam.
5.
Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda
genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang
viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya
ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.
6.
Pemberian label
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat
dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis
informasi tentang:
(1)
Nomor yang berhubungan dengan lapangan,
(2)
Waktu emaskulasi,
(3)
waktu penyerbukan,
(4)
Nama tetua jantan dan betina,
(5)
Kode pemulia/penyilang.
7.
Pengecekan hasil persilangan
Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu
minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak
rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah
tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan.
Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua,
ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta
faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung
pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat
dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar
pada hari tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada
keberhasilan persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban
dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan
persilangan buatan.
PENGAMATAN
TINGGI TANAMAN KEDELAI
Pada praktikum
minggu lalu dilakukan pengamatan pada tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman kedelai. Dimana didapat dilihat
hasil dari pengukuran seperti tabel di bawah ini :
Sampel
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
I
|
7.5
cm
|
4
helai
|
II
|
7.5
cm
|
4
helai
|
III
|
10
cm
|
4
helai
|
IV
|
6.5
cm
|
4
helai
|
V
|
7
cm
|
4
helai
|
Tabel diatas
merupakan pengamatan pada minggu pertama dimana jumlah daun yang di dapat pada
masing-masing sampel berjumlah 4 helai. Sampel diambil dengan cara acak.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir , M. 2001. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Syukur , M. S. Sujiprihati, dan R.
Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan
Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. Bogor. Hal 284.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar